Rabu, 03 Desember 2014

Letak Wilayah dan Pengaruhnya bagi Keadaan Alam Indonesia



Letak Wilayah dan Pengaruhnya bagi Keadaan Alam Indonesia
Letak Wilayah dan Pengaruhnya bagi Keadaan Alam Indonesia

A. Letak astronomis
Apa yang dimaksud dengan Letak astronomis?
Letak astronomis maksudnya adalah letak suatu tempat atau wilayah berdasarkan garis lintang dan garis bujurnya. Garis lintang adalah garis khayal yang melintang melingkari bumi, sedangkan garis bujur adalah garis khayal yang menghubungkan Kutub Utara dan Selatan. Secara astronomis, Indonesia terletak antara 95o BT (Pulau Benggala) - 141o BT (Sungai Torasi) dan 6o LU (Pulau Rondo) - 11o LS (Pulau Dana). Dengan letak astronomis tersebut, Indonesia termasuk ke dalam wilayah tropis. Wilayah tropis dibatasi oleh lintang 23,5o LU dan 23,5o LS. Supaya lebih jelas, coba perhatikanlah batas wilayah tropis (bagian yang diarsir) dan letak astronomis Indonesia pada gambar peta berikut ini. Dari gambar tersebut, terlihat jelas bahwa seluruh wilayah Indonesia terletak di wilayah tropis.

Indonesia terletak di daerah tropis
Kita harus bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa karena tinggal di wilayah tropis seperti Indonesia. Sinar matahari selalu ada sepanjang tahun dan suhu udara tidak ekstrim (tidak jauh berbeda antarmusim) sehingga masih cukup nyaman untuk melakukan berbagai kegiatan di dalam dan di luar rumah. Lama siang dan malam juga hampir sama, yaitu 12 jam siang dan 12 jam malam. Bandingkan dengan negara-negara yang terletak di lintang tinggi. Pada musim panas, lama siang jauh lebih lama dibandingkan dengan malam. Sebaliknya, pada musim dingin, lama siang lebih pendek.  

Keadaan suhu di daerah tropis berbeda dengan suhu di negara-negara yang terletak pada lintang sedang dengan empat musim, yaitu musim dingin, semi, panas, dan gugur. Pada musim dingin, udara sangat dingin sampai mencapai puluhan derajat di bawah nol celsius sehingga diperlukan penghangat ruangan. Jalanan tertutup salju sehingga kendaraan tidak bebas berlalu lalang. Pada saat itu, banyak penduduk melakukan kegiatannya di dalam ruangan, baik di rumah maupun di kantor. Sebagian dari mereka pergi berwisata ke daerah yang lebih hangat, yaitu di daerah tropis. 

Pada saat musim panas, keadaan sebaliknya dapat terjadi. Pada saat itu, udara sangat panas, bahkan suhu udara dapat melampaui 40 derajat celsius. Akibatnya, diperlukan pendingin ruangan agar tetap nyaman. Tentu saja kegiatan di luar ruangan sangat tidak nyaman karena suhu udara terlalu tinggi. Untuk menghindari udara panas, sebagian penduduk ada yang berenang di kolam renang atau di pantai. 

B. Letak Geografis
Apa yang dimaksud dengan Letak Geografis ?
Letak geografis maksudnya adalah letak suatu wilayah atau negara dilihat dari kenyataan di permukaan bumi.
Secara geografis, Indonesia berada diantara dua benua, yaitu Benua Asia yang terletak di sebelah utara Indonesia dan Benua Australia yang terletak di sebelah selatan Indonesia, selain itu Indonesia berada diantara dua samudra, yaitu Samudra Pasifik di sebelah timur Indonesia dan Samudra Hindia di sebelah barat Indonesia.

Wilayah Indonesia juga berbatasan dengan sejumlah wilayah, baik wilayah negara atau samudra. Batas-batas wilayah Indonesia dengan wilayah lain di permukaan adalah seperti berikut.
  • Sebelah utara Indonesia berbatasan dengan Malaysia, Singapura, Palau, Filipina dan Laut China Selatan.
  • Sebelah selatan Indonesia berbatasan dengan Timor Leste, Australia, dan Samudra Hindia.
  • Sebelah barat Indonesia berbatasan dengan Samudra Hindia.
  • Sebelah timur Indonesia berbatasan dengan Papua Nugini dan Samudra Pasifik.
Letak Wilayah dan Pengaruhnya bagi Keadaan Alam Indonesia
Letak geografis wilayah Indonesia dan batas-batasnya dengan negara lain
Apa keuntungan letak geografis bagi Indonesia? Letak geografis Indonesia sangat strategis karena menjadi jalur lalu lintas perdagangan dunia antara negara-negara dari Asia Timur dengan negara-negara di Eropa, Afrika dan Timur Tengah, dan India. Kapal-kapal dagang yang mengangkut berbagai komoditas dari China, Jepang, dan negara-negara lainnya melewati Indonesia menuju negara-negara tujuan di Eropa. Indonesia juga dilewati jalur perdagangan dari Asia ke arah Australia dan Selandia Baru. 
Letak Wilayah dan Pengaruhnya bagi Keadaan Alam Indonesia
Letak geografis memberi pengaruh bagi Indonesia, baik secara sosial, ekonomi, maupun budaya. Karena menjadi jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan dunia, bangsa Indonesia telah lama menjalin interaksi sosial dengan bangsa lain. Interaksi sosial melalui perdagangan tersebut kemudian menjadi jalan bagi masuknya berbagai agama ke Indonesia, seperti Islam, Hindhu, Buddha, Kristen, dan lain-lain. Indonesia yang kaya akan sumber daya alam menjual berbagai komoditas atau hasil bumi seperti kayu cendana, pala, lada, cengkih, dan hasil perkebunan lainnya. Sementara negara-negara lain menjual berbagai produk barang seperti kain dan tenunan halus, porselen, dan lain-lain ke Indonesia.  Selain keuntungan, letak geografis Indonesia juga memberi dampak yang merugikan. Budaya dari negara lain yang tidak selalu sesuai dengan budaya Indonesia kemudian masuk dan memengaruhi kehidupan budaya bangsa Indonesia, misalnya pergaulan bebas, kesantunan, dan lain-lain. Selain itu, Indonesia juga rentan terhadap masuknya barang-barang terlarang, misalnya narkoba, senjata api, dan barang-barang selundupan lainnya.


Keadaan Alam Indonesia
1. Keadaan Iklim di Indonesia
letak astronomis indonesia
Indonesia mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan monsun timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara kering, membawa sedikit uap air. Suhu udara di dataran rendah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai 28 derajat Celsius sepanjang tahun.
Namun suhu juga sangat bevariasi; dari rata-rata mendekati 40 derajat Celsius pada musim kemarau di lembah Palu - Sulawesi dan di pulau Timor sampai di bawah 0 derajat Celsius di Pegunungan Jayawijaya - Irian. Terdapat salju abadi di puncak-puncak pegunungan di Irian: Puncak Trikora (Mt. Wilhelmina - 4730 m) dan Puncak Jaya (Mt. Carstenz, 5030 m).
Ada 2 musim di Indonesia yaitu musim hujan dan musim kemarau, pada beberapa tempat dikenal musim pancaroba, yaitu musim di antara perubahan kedua musim tersebut.
Curah hujan di Indonesia rata-rata 1.600 milimeter setahun, namun juga sangat bervariasi; dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai sekitar 500 milimeter setahun di daerah Palu dan Timor. Daerah yang curah hujannya rata-rata tinggi sepanjang tahun adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, sebagian Jawa barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara dan delta Mamberamo di Irian.
Setiap 3 sampai 5 tahun sekali sering terjadi El-Nino yaitu gejala penyimpangan cuaca yang menyebabkan musim kering yang panjang dan musim hujan yang singkat. Setelah El Nino biasanya diikuti oleh La Nina yang berakibat musim hujan yang lebat dan lebih panjang dari biasanya. Kekuatan El Nino berbeda-beda tergantung dari berbagai macam faktor, antara lain indeks Osilasi selatan atau Southern Oscillation.
Ciri utama iklim di Indonesia adalah suhu udara tinggi sepanjang tahun (rata-rata 27 C), curah hujan tinggi, penyinaran matahari sepanjang tahun. Letak astronomis suatu tempat berpengaruh terhadap tipe iklim matahri. Iklim Indonesia termasuk dalam iklim tropis. Iklim yang ada di Indonesia antara lain:
a.      Iklim musim (Iklim Muson)
Iklim ini dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Iklim musim terdiri dari angin muson barat yang bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah membawa musim penghujan, dan Angin Muson Timur yang bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering dan mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kemarau.


b.      Iklim Tropis (Iklim Panas)
Daerah Indonesia terletak di garis khatulistiwa yang otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
c.       Iklim Laut
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di Dunia. Hal ini mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembap dan curah hujan yang tinggi.
Perubahan iklim terjadi karena iklim memiliki unsur-unsur yang saling berinteraksi seperti suhu, tekanan udara, kecepatan angin dan kelembapan udara. Perubahan iklim juga terjadi karena perkembangan jumlah penduduk yang menyebabkan perubahan lingkungan. Sedangkan musim dipengaruhi oleh angin musim/muson/ monsoon yang bertiup periodic selama 6 bulan. Pola angin muson inilah yang mempengaruhi asal-usul nenek moyang bangsa Indonesia. Menurut berberapa ahli menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia beraal dari Yunan (wilayah antara Cina Selatan dan Vietnam). Kedatangan nenek moyang ke Indonesia terjadi bergelombang. Kedatangan dan penyebaran nenek moyang bangsa Indonesia terjadi dua periode sebagai berikut:
1)      Periode I
Berlangsung sekitar 2000 SM dan sering disebut sebagai perpindahan bangsa Proto Melayu/ Melayu Tua. Rute perjalanan dari Yunan dibagi menjadi dua yaitu:
a)  Jalur barat dari semenanjung Malaka ke Sumatera dan selanjutnya menyebar diberbagai wilayah di Indonesia. Alat yang dibawa adalah Kapak Persegi.
b)   Jalut Timur dari semenanjung Malaka ke Filipina dan Minahasa serta selanjutnya menyebar diberbagai wilayah Indonesia. Alat yang dibawa adalah Kapak Lonjong.
Perpindahan ini terjadi pada Zaman Neolitikum. Ciri dari kehidupan Proto Melayu adalah bermukim secara menetap, beternak, dan pengolahan tanah secara sederhana. Suku yang termasuk dalan golongan Proto Melayu adalah Suku Dayak dan Suku Toraja.
2)      Periode II
Berlangsung sekitar 200 SM, bangsa yang datang ke Indonesia disebut Deutero Melayu (Melayu Muda). Mereka diduga beasal dari Dong Son (Vietnam sebela utara). Kebudayaan yang dibawa adalah kebudayaan Bacson-Hoabinh yang terdiri dari barang-barang yang terbuat dari perunggu, seperti Nekara (seperti genderang), Moko (nekara kecil), Candrasa (kapak perunggu). Kedatangan bangsa Deutero Melayu mengakibatkan Indonesia memasuki zaman Perundagian. Bangsa Deutero Melayu diduga sebagai nenek moyang bangsa Indonesia pada masa sekarang diantaranya suku Jawa, Sunda, Minang dan Bugis.




2. Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk Indonesia
Bentuk Muka Bumi Indonesia
Belasan ribu pulau tersebar di seluruh wilayah Indonesia, baik yang berukuran besar maupun kecil. Jumlah pulau di Indonesia seluruhnya mencapai 13.466 pulau. Luas wilayahnya mencapai 5.180.053 km2, terdiri dari daratan seluas 1.922.570 km2 dan lautan seluas 3.257.483 km2. Ini berarti wilayah lautannya tiga kali lebih luas daripada wilayah daratannya.
Jika kita perhatikan keadaan pulau-pulau di Indonesia, tampak adanya berbagai macam bentuk muka bumi. Bentuk muka bumi pada umumnya, dan Indonesia pada khususnya dapat dibedakan menjadi dataran rendah, dataran tinggi, bukit, gunung, dan pegunungan. peta fisiografi Indonesia berikut ini memperlihatkan sebaran dari bentuk muka bumi di bumi Indonesia.

Peta Fisiografi Indonesia
Pada peta fisiografi yang menunjukkan bentuk muka bumi Indonesia, tampak sebaran bentuk muka bumi Indonesia mulai dataran rendah sampai pegunungan. Untuk memahami maksud peta tersebut, lihat legenda atau keterangan peta, warna kuning menunjukkan dataran rendah, warna hijau menunjukkan daerah perbukitan, sedangkan warna cokelat menunjukkan pegunungan.


Bagaimana pengaruh keragaman bentuk muka bumi Indonesia terhadap keragaman aktivitas penduduk Indonesia?
Secara umum, setiap bentuk muka bumi selalu menunjukkan bahwa pola aktivitas penduduk yang satu berbeda dengan daerah lainnya. Gambaran tentang keadaan muka bumi dan aktivitas penduduk Indonesia adalah sebagai berikut.

A. Dataran Rendah
Salah satu bentuk muka bumi adalah dataran rendah yang merupakan hamparan luas tanah, bagian dari permukaan bumi dengan letak ketinggian 0-200 m dpal. Di daerah dataran rendah, aktivitas penduduk indonesia yang dominan adalah aktivitas permukiman dan pertanian. Di Pulau Jawa, lahan dataran rendah dimanfaatkan oleh penduduk untuk bercocok tanam padi sehingga Jawa menjadi pulau penghasil padi
terbesar di Indonesia.
Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk Indonesia
Ada beberapa alasan terjadinya aktivitas pertanian dan permukiman di daerah dataran rendah, yaitu :
  1. Di daerah dataran rendah, pergerakan atau mobilitas dari satu tempat ke tempat lainnya mudah dilakukan oleh penduduk.
  2. Di daerah dataran, lahan yang subur banyak dijumpai karena biasanya berupa tanah aluvial atau hasil endapan sungai yang subur.
  3. Dataran rendah dekat dengan pantai sehingga banyak penduduk yang bekerja sebagai nelayan.
  4. Memudahkan penduduk untuk berhubungan dengan dunia luar melalui jalur laut.
Dengan berbagai keuntungan tersebut, banyak penduduk bermukim di dataran rendah. Pemusatan penduduk di dataran rendah kemudian perlahan berkembang menjadi daerah perkotaan. Sebagian besar daerah perkotaan di Indonesia, bahkan dunia, terdapat di dataran rendah.

Aktivitas pertanian di dataran rendah biasanya adalah aktivitas pertanian lahan basah. Aktivitas pertanian lahan basah dilakukan di daerah yang sumber airnya cukup banyak tersedia untuk mengairi lahan pertanian. Lahan basah umumnya dimanfaatkan untuk tanaman padi yang dikenal dengan pertanian sawah.

Selain memiliki aktivitas penduduk tertentu yang dominan berkembang, dataran rendah juga memiliki potensi bencana alam. Bencana alam yang berpotensi terjadi di dataran rendah adalah banjir, tsunami, dan gempa.

Banjir di dataran rendah terjadi karena aliran air sungai yang tak mampu lagi ditampung oleh alur sungai. Tidak mampunya sungai menampung aliran air dapat terjadi karena aliran air dari daerah hulu yang terlalu besar, pendangkalan sungai, penyempitan alur sungai, atau banyaknya sampah di sungai yang menghambat aliran sungai.

Bencana banjir memiliki beberapa tanda yang dapat kita lihat. Secara umum, tanda-tanda tersebut antara lain sebagai berikut.
  1. Terjadinya hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi tanpa disertai dengan proses infiltrasi/penyerapan yang baik.
  2. Air melebihi batas sempadan sungai sehingga meluap dan menggenangi daerah sekitarnya.
  3. Air yang jatuh ke permukaan tidak dapat mengalir dengan baik karena saluran drainase yang ada tidak berfungsi dengan baik sehingga air tersumbat dan tidak dapat mengalir dengan baik.
  4. Air tidak menyerap ke dalam tanah karena berkurangnya vegetasi sebagai penyerap atau penyimpan air.

Apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari banjir? Agar terhindar dari bencana banjir, sebaiknya perhatikanlah hal-hal berikut ini.
  1. Hindari tinggal di wilayah-wilayah rentan bahaya banjir, seperti di dataran banjir atau dataran yang biasa terkena banjir.
  2. Tinggikan bangunan tempat tinggal sehingga perabotan rumah dan peralatan listrik aman dari genangan air.
  3. Bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya membangun tanggul untuk menghambat air masuk ke lingkungan tempat tinggal kita.
Pantai merupakan bagian dari dataran rendah yang berbatasan dengan laut. Di daerah pantai, ancaman bencana yang mengancam penduduk adalah tsunami. Apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari bahaya tsunami? kalian sebaiknya menyiapkan diri terhadap kemungkinan terjadinya tsunami dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.
  • Jika kalian tinggal di daerah pantai dan merasakan adanya gempa kuat yang disertai dengan suara ledakan di laut, sebaiknya kalian bersiap-siap untuk menghadapi kemungkinan terjadinya tsunami. Segera tinggalkan daratan pantai tempat kalian tinggal jika gempa kuat terjadi.
  • Jika kalian melihat air pantai mendadak surut sehingga dasar laut tampak jelas, segera jauhi pantai karena hal itu merupakan peringatan alam bahwa akan terjadi tsunami.
  • Tanda-tanda alam lainnya kadang terjadi seperti banyaknya ikan di pantai dan tiba-tiba banyak terdapat burung.
  • Seringkali gelombang tsunami yang kecil disusul oleh gelombang raksasa di belakangnya. Oleh karena itu, kalian harus waspada.
  • Lembaga pemerintah yang berwenang biasanya selalu memantau kemungkinan terjadinya tsunami. Oleh karena itu, jika belum ada pernyataan “keadaan aman”, kalian sebaiknya tetap menjauhi pantai.
Bentuk muka bumi juga mempengaruhi potensi bencana alam, potensi bencana yang juga mengancam daerah pantai adalah gempa. Sebenarnya tidak semua wilayah pantai di Indonesia berpotensi gempa. Pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa sampai Nusa Tenggara berpotensi gempa. Pantai di Pulau Kalimantan relatif aman dari gempa karena jauh dari pusat gempa. Wilayah lainnya adalah Sulawesi, Maluku, Papua, dan sejumlah pulau lainnya. Ancaman gempa juga dapat terjadi di daerah perbukitan dan pegunungan.

B. Bukit dan Perbukitan
Bentuk lain dari bentuk muka bumi adalah Bukit yang merupakan bagian dari permukaan bumi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah di sekelilingnya, dengan ketinggian kurang dari 600 m dpal. Bukit tidak tampak curam seperti gunung.


Perbukitan berarti kumpulan dari sejumlah bukit pada suatu wilayah tertentu.
Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk IndonesiaDi daerah perbukitan, aktivitas permukiman penduduk tidak seperti di dataran rendah. Permukiman tersebar pada daerah-daerah tertentu atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Penduduk biasanya memanfaatkan lahan datar yang luasnya terbatas di antara perbukitan. Permukiman umumnya dibangun di kaki perbukitan atau lembah perbukitan karena biasanya di tempat tersebut ditemukan mata air atau sungai sebagai sumber air untuk aktivitas penduduk.

Di daerah perbukitan, pada umumnya aktivitas pertanian adalah pertanian lahan kering. Pertanian lahan kering merupakan pertanian yang dilakukan di wilayah yang pasokan airnya terbatas atau hanya mengandalkan air hujan. Istilah pertanian lahan kering sama dengan ladang atau huma yang dilakukan secara menetap maupun berpindah-pindah seperti di Kalimantan. Tanaman yang ditanam umumnya adalah umbi-umbian atau palawija dan tanaman tahunan (kayu dan buah-buahan). Pada bagian lereng yang masih landai dan lembah perbukitan, sebagian penduduk juga memanfaatkan lahannya untuk tanaman padi.

Aktivitas ekonomi di daerah perbukitan sulit berkembang menjadi sebuah pusat perekonomian. Di daerah perbukitan, mobilitas manusia tidak semudah di daerah dataran sehingga pemusatan permukiman dan industri relatif terbatas. Meskipun demikian, daerah perbukitan dapat dikembangkan menjadi daerah pariwisata karena panorama alamnya yang indah dan suhu udaranya yang sejuk. Aktivitas pariwisata yang dapat dikembangkan antara
lain wisata alam yang tujuannya menikmati pemandangan daerah perbukitan yang indah.

Seperti halnya dataran rendah, daerah perbukitan memiliki potensi bencana alam. Potensi bencana alam yang dapat terjadi di daerah perbukitan
adalah longsor. Agar kita terhindar dari bencana longsor dan dampak yang ditimbulkan pada saat dan setelah terjadi longsor, cara-cara berikut diharapkan dapat membantu.
  1. Hindarilah membangun rumah di wilayah yang rawan longsor seperti di daerah yang berlereng curam, dekat dengan tepi gunung, dekat dengan jalur aliran air atau drainase.
  2. Kenalilah tanda-tanda akan terjadinya longsor di sekitar kita, yaitu seperti berikut.
  • Perubahan, pergeseran, atau retakan yang melebar secara perlahan-lahan pada tanah dan jalan di lingkungan sekitar.
  • Pintu dan jendela macet untuk pertama kalinya.
  • Retakan baru yang muncul pada lantai dan tembok.
  • Fasilitas-fasilitas rumah di bawah tanah, seperti pipa saluran air mengalami pecah atau retak.
  • Tonjolan tanah terlihat pada dasar dari suatu lereng.
  • Air dari pipa atau sumber air keluar dari tanah pada lokasi baru.
  • Pagar, pohon, dan dinding bergeser.
  • Suara gemuruh bertambah kuat.
  • Terdapat suara suara aneh atau tidak biasa seperti suara pohon yang patah atau suara batu yang saling bertumbukan.

C. Dataran Tinggi
Dataran tinggi adalah salah satu bentuk muka bumi yang merupakan daerah datar yang tingginya lebih dari 400 meter dpal. Daerah ini memungkinkan mobilitas penduduk berlangsung lancar seperti di dataran rendah. Oleh sebab itu, beberapa dataran tinggi di Indonesia berkembang menjadi pemusatan ekonomi penduduk.


Aktivitas ekonomi, khususnya pertanian, dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan dengan kemiringan lereng tertentu. Agar mudah menanam, penduduk menggunakan teknik sengkedan dengan memotong bagian lereng tertentu agar menjadi datar. Teknik ini kemudian juga bermanfaat mengurangi erosi atau pengikisan oleh air.

Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk IndonesiaAktivitas pertanian juga berkembang di dataran tinggi. Di daerah ini, sebagian penduduk menanam padi dan beberapa jenis sayuran. Suhu yang tidak terlalu panas memungkinkan penduduk menanam beberapa jenis sayuran seperti tomat dan cabe. Sejumlah dataran tinggi menjadi daerah tujuan wisata. Udaranya yang sejuk dan pemandangan alamnya yang indah menjadi daya tarik penduduk untuk berwisata ke daerah dataran tinggi. Beberapa dataran tinggi di Indonesia menjadi daerah tujuan wisata
misalnya Bandung dan Dieng.

Potensi bencana alam di dataran tinggi biasanya adalah banjir. Karena bentuk muka buminya yang datar, dataran tinggi berpotensi menimbulkan genangan air. Tanda-tanda bencana banjir dan upaya menghindarinya telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.


D. Gunung dan Pegunungan
Gunung merupakan bagian dari permukaan bumi yang menjulang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekelilingnya. Biasanya bagian yang menjulang tersebut dalam bentuk puncak-puncak gunung dengan ketinggian 600 meter dpal atau lebih. Sedangkan pegunungan merupakan bagian dari daratan yang merupakan kawasan yang terdiri atas deretan gunung-gunung dengan ketinggian lebih dari 600 meter dpal.

Gunung berapi adalah gunung yang memiliki lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Ciri gunung berapi adalah adanya kawah atau
rekahan. Sewaktu-waktu gunung berapi tersebut dapat meletus. Sebagian gunung yang ada di Indonesia merupakan gunung berapi yang aktif. Ciri gunung berapi yang aktif adalah adanya aktivitas kegunungapian seperti semburan gas, asap, dan lontaran material dari dalam gunung berapi.

Di Indonesia, sebagian besar gunung berapi tersebar di sepanjang Pulau Sumatra, Jawa sampai Nusa Tenggara. Gunung berapi juga banyak ditemui di Pulau Sulawesi dan Maluku. Beberapa gunung berapi di Nusantara sangat terkenal di dunia karena letusannya yang sangat dahsyat, yaitu gunung berapi Tambora dan Krakatau.


Penduduk yang tinggal di gunung atau pegunungan memanfaatkan lahan yang terbatas untuk pertanian. Lahan-lahan dengan kemiringan yang cukup besar masih dimanfaatkan penduduk. Komoditas yang dikembangkan di pegunungan biasanya adalah sayuran dan buah-buahan. Sebagian penduduk memanfaatkan lahan yang miring dengan menanam beberapa jenis kayu untuk dijual.

Bentuk Muka Bumi dan Aktivitas Penduduk IndonesiaSeperti halnya di daerah perbukitan, aktivitas permukiman sulit dilakukan secara luas. Hanya pada bagian tertentu saja yang relatif datar dimanfaatkan untuk permukiman. Permukiman dibangun di daerah yang dekat dengan sumber air, terutama di daerah lereng bawah atau di kaki gunung. Selain pertanian, aktvitas lainnya di daerah pegunungan yang berkembang adalah pariwisata. Pemandangan alam yang indah dan udaranya yang sejuk menjadi daya tarik wisata.

Keragaman bentuk muka bumi ternyata diikuti pula oleh keragaman aktivitas penduduk dan komoditas yang dihasilkannya. Daerah pegunungan dan perbukitan biasanya menghasilkan produk-produk pertanian berupa sayuran, buah-buahan, dan palawija. Daerah ini memasok kebutuhan penduduk di daerah dataran yang umumnya merupakan pusat-pusat permukiman penduduk. Sebaliknya, daerah dataran menghasilkan banyak produk industri yang dikonsumsi oleh daerah lainnya. Mobilitas atau pergerakan penduduk dan barang terjadi di antara daerah-daerah tersebut karena perbedaan aktivitas penduduk dan komoditas yang dihasilkannya.

Potensi bencana alam di daerah pegunungan yang harus diwaspadai adalah longsor dan letusan gunung berapi. Tanda-tanda longsor dan upaya untuk menghindarinya telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Keragaman Flora dan Fauna di Indonesia

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiAY2a6uQGGYRzsP7dbn9XNVF2Vx4xq9qMRrjLIOCXmFEClVwbJXv_27sbMsjOk6LouS07cLI0dCA0-ylynyM9Ew-NXjS9sAImmqfHUWgHs0Qhryi1BKO8fvblG4aAVXZR3MTM0H6o1kHQ/s200/rafflesia.pngIndonesia memiliki keragaman flora dan fauna (keanekaragaman hayati) yang sangat besar. Bahkan, keanekaragaman hayati Indonesia termasuk tiga besar di dunia bersama-sama dengan Brazil di Amerika Selatan dan Zaire di Afrika. Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan dan Perkebunan, pada tahun 1999 jumlah spesies tumbuhan di Indonesia mencapai 8.000 spesies yang sudah teridentifikasi dan jumlah spesies hewan mencapai 2.215 spesies. Spesies hewan terdiri atas 515 mamalia, 60 reptil, 1.519 burung, dan 121 kupu-kupu.Besarnya keanekaragaman hayati di Indonesia berkaitan erat dengan kondisi  iklim dan kondisi fisik wilayah. Suhu dan  curah hujan yang besar memungkinkan tumbuhnya beragam jenis tumbuhan. Mengapa demikian? Tumbuhan memerlukan air dan suhu yang sesuai. Makin banyak air tersedia makin banyak tumbuhan yang dapat tumbuh dan karena itu makin banyak hewan yang dapat hidup di daerah tersebut. 

 1. Persebaran Flora (dunia tumbuhan) di Indonesia

Tumbuh-tumbuhan yang hidup di suatu tempat ada yang tumbuh secara alami dan ada juga yang dibudidayakan oleh manusia. Flora ataua dunia tumbuhan di berbagai tempat di dunia pasti berbeda-beda,
hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :
  • Iklim
  • Jenis tanah
  • Relief atau tinggi rendah permukaan bumi
  • Biotik (pengaruh makhluk hidup).
Adanya faktor-faktor tesebut, Indonesia memeliki keanekara- gaman jenis tumbuh-tumbuhan. Iklim memiliki pengaruh yang sangat besar terutama suhu udara dan curah hujan. Daerah yang curah hujannya tinggi memiliki hutan yang lebat dan jenis tanaman lebih bervariasi, misalnya: di Pulau Sumatera dan Kalimantan
Sedangkan daerah yang curah hujannya relatif kurang tidak memiliki hutan yang lebat seperti di Nusa Tenggara. Daerah ini banyak di tum- buhi semak belukar dengan padang rumput yang luas.
Suhu udara juga mempengaruhi tanaman yang dapat hidup di suatu tempat. Junghuhn telah membuat zonasi (pembatasan wilayah) tumbuh- tumbuhan di Indonesia sebagai berikut :
  • Daerah panas (0 – 650 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kelapa, padi, jagung, tebu, karet.
  • Daerah sedang ( 650 – 1500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah kopi, tembakau, teh, sayuran.
  • Daerah sejuk ( 1500 – 2500 meter), tumbuhan yang cocok di daerah ini adalah teh, sayuran, kina, pinus.
  • Daerah dingin (di atas 2500 meter) tidak ada tanaman budidaya
 Flora di Indonesia ternyata dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu Indo-Malayan dan Indo-Australian. Kelompok Indo-Malayan meliputi kawasan Indonesia Barat. Pulau-pulau yang masuk ke dalam kelompok ini adalah Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Bali. Kelompok Indo-Australian meliputi tumbuhan yang ada kawasan Indonesia Timur. Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan ini adalah Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Perbandingan karakteristik  flora yang ada di Indonesia Barat dan Indonesia Timur adalah sebagai berikut.

Beberapa jenis flora di Indonesia yang dipengaruhi oleh iklim antara lain sebagai berikut :
  • Hutan Musim, terdapat di daerah Indonesia yang memiliki suhu udara tinggi dan memiliki perbedaan kondisi tumbuhan di musim hujan dan musim kemarau. Pada musim kemarau pohonnya akan meranggas dan pada musim hujan akan tumbuh hijau kembali. Contoh hutan musim ialah hutan jati dan kapuk randu. Hutan musim banyak terdapat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
  • Hutan Hujan Tropis, terdapat di daerah yang curah hujannya tinggi. Indonesia beriklim tropis dan dilalui garis khatulistiwa sehing- ga Indonesia banyak memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, curah hujan tinggi dan temperatur udara tinggi. Di Indonesia hutan hujan tropis terdapat di Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua.
  • Sabana, terdapat di daerah yang curah hujannya sedikit. Sabana berupa padang rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.
  • Steppa, adalah padang rumput yang sangat luas. Stepa terdapat di daerah yang curah hujannya sangat sedikit atau rendah. Stepa terda- dapat di Nusa Tenggara Timur, baik untuk peternakan.
  • Hutan Bakau atau Mangrove, adalah hutan yang tumbuh di pantai yang berlumpur. Hutan bakau banyak terdapat di pantai Papua, Sumatera bagian timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsWdUUzZWByxmTkhWkxsZK-Do0BehKcv2WPL-qJHLkUV9lUGXudQXJaR2e3gCuimMavkoTiR_tyALJZNugymW8ej7tquqbG4C-efI0HhZyVWRxSmotQjS4bYDvgOPvvKve3iVUyzpOJ_g/s1600/hal_16.jpg
(a). Hutan Hujan Tropis, (b). Sabana, (c). Steppa, (d). Hutan Mangrove 

Berbagai jenis flora tersebut telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik sebagai bahan furniture, bahan bangunan, bahan makanan, dan lain-lain. Sebagai contoh, rotan banyak dimanfaatkan sebagai bahan utama pembuatan kursi, meja, dan perabotan rumah tangga lainnya. Berbagai jenis kerajinan dihasilkan dengan memanfaatkan bahan dari rotan. Sentra penghasil produk kerajinan tersebut banyak berkembang di daerah-daerah tertentu, misalnya di Cirebon dan daerah lainnya di Pulau Jawa.

Persebaran Fauna (dunia hewa) di Indonesia 

 Fauna Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga corak yang berbeda, yaitu fauna bagian barat, tengah, dan timur. Garis yang memisahkan  fauna Indonesia bagian Barat dan Tengah dinamakan garis Wallace, sedangkan garis yang memisahkan  fauna Indonesia bagian Tengah dan Timur dinamakan Garis Weber.

  • Fauna tipe Asiatis,  Fauna Indonesia bagian Barat atau tipe asiatis mencakup wilayah Sumatra, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Mamalia berukuran besar banyak ditemui di wilayah ini seperti gajah, macan, tapir, badak bercula satu, banteng, kerbau, rusa, babi hutan, orang utan, monyet, bekantan, dan lain-lain. Selain mamalia, di wilayah ini banyak pula ditemui reptil seperti ular, buaya, tokek, kadal, tokek, biawak, bunglon, kura-kura, dan trenggiling. Berbagai jenis burung yang dapat ditemui di antaranya burung hantu, gagak, jalak, elang, merak, kutilang, dan berbagai macam unggas. Berbagai macam ikan air tawar seperti pesut (sejenis lumba-lumba di Sungai Mahakam) dapat ditemui di wilayah ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJGOMIJnvtx0u_FUbz77Zhg5DZpLS7kdHAb5kzZpd7z1cUv5LzeAMGgzsWL02MD3ou11LLV3GlcG6Fmw5Yb6Q7vWodgOeMfpt8PqpkHhymJ54O3OY9YZvFJY_WBlAfeW36qGuU-SJgfa0/s1600/asiatis.pnghttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjq9QHCgEZS8Dvjsna39cQ64dwQDoWEQtjcjJg-b_lrPicSOQeWnCRCpAqcIv8R0gObzeviW_450axn1BpUcIrrBM1xoOHRc9WHn_hTKv3nIXGSlRJjHOgIGX9sqxbuxo6ENayDnkWszw/s1600/asiatis1.png
  • Fauna tipe Australis, Fauna Indonesia bagian Timur atau disebut tipe australic tersebar di wilayah Papua, Halmahera, dan Kepulauan Aru. Fauna berupa mamalia yang menghuni wilayah ini antara lain kangguru, beruang, walabi, landak irian (nokdiak), kuskus, pemanjat berkantung (oposum layang), kangguru pohon, dan kelelawar. Di wilayah ini, tidak ditemukan kera. Di samping mamalia tersebut, terdapat pula reptil seperti biawak, buaya, ular, kadal. Berbagai jenis burung ditemui di wilayah ini di antaranya burung cenderawasih, nuri, raja udang, kasuari, dan namudur. Jenis ikan air tawar yang ada di relatif sedikit. 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFoGArIZPwf8l2ofefh5trmzvJqRdgDgho13LixIkpn1_yOsvu_mbzUOaQ056NMd0WwfNNlFzl7AlQ2yZlifPPGBVa5b0YxRV40h4452cRn99kla1kerGTx8wqJ9VLDT4m5IoRLcUa9hQ/s1600/ausi.png
  • Fauna Peralihan dan asli, Fauna Indonesia Tengah merupakan tipe peralihan atau Austral Asiatic. Wilayah fauna Indonesia Tengah disebut pula wilayah  fauna kepulauan Wallace, mencakup Sulawesi,
    Maluku, Timor, dan Nusa Tenggara serta sejumlah pulau kecil di sekitar pulau-pulau tersebut. Fauna yang menghuni wilayah ini antara lain babi rusa, anoa, ikan duyung, kuskus, monyet hitam, kuda, sapi, monyet saba, beruang, tarsius, sapi, dan banteng. Selain itu terdapat pula reptil, amfibi, dan berbagai jenis burung. Reptil yang terdapat di daerah ini di antaranya biawak, komodo, buaya, dan ular. Berbagai macam burung yang terdapat di wilayah ini di antaranya maleo, burung dewata, mandar, raja udang, rangkong, dan kakatua nuri. Berikut ini gambar contoh fauna Indonesia bagian Tengah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGGYGEKSJSCPM7mgILXTz0OS22FBGmW9FT8uM93LtxBQSOcHDO-NEgEus2BeAVAtEu5XhGybbFOSljzyXRVBRWA0LMAtWuKRJ3nm3ZhKnl5w4ceGXOj27o2nMd5LQMWqG6cHH4Lnv6VvQ/s1600/alihan.png
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjdd05xQlwElGTLrb40Rsu8jUM9TimDcI0DYpFb8BxHxBgN6mN4FryFiVuQL_oNa2LTQJ2kTSEFznxRl2qbwpWvxxCurYm3wqtd3pay3_CYGNK_RecEQAcrxicSJwGsPyaw_S1ZMBgAhqk/s1600/alihan1.png
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara, Hindu-Buddha dan Islam
1. Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara

Kehidupan Sosial Masa Praaksara
Pada masa Praaksara, kehidupan masyarakat Indonesia dapat dibagi dalam 3 (tiga) masa, yaitu (1) masa berburu dan mengumpulkan makanan, (2) masa bercocok tanam, dan (3) masa perundagian.




a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan

Kehidupan sosial manusia pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, dari mulai Pithecanthropus sampai dengan Homo sapiens dari Wajak sangat bergantung pada kondisi alam karena mereka masih minim dengan teknologi. Tempat tinggal mereka di padang rumput dengan semak belukar yang biasanya berdekatan dengan sungai agar mudah memperoleh air untuk menunjang kehidupan. Selain itu, daerah tersebut juga merupakan tempat singgahnya hewan-hewan seperti kuda, monyet, kerbau, banteng, dan rusa, untuk mencari mangsa sehingga mereka mudah mencari hewan untuk diburu. Selain berburu, mereka juga mengumpulkan tumbuhan yang mereka temukan di alam seperti umbi-umbian, daun-daunan, dan buah-buahan. Mereka tinggal di dalam gua-gua yang letaknya tidak jauh dari sumber air, atau di dekat sungai yang terdapat sumber makanan dari air seperti ikan, siput, kerang, dan lain-lain.


Pada masa masa berburu dan mengumpulkan makanan, ada dua hal yang penting dalam sistem kehidupan sosial masyarakat manusia Praaksara, yaitu (1) membuat peralatan dari batu yang masih kasar, tulang, dan kayu, seperti kapak perimbas, alat-alat serpih, dan kapak genggam. (2) manusia Praaksara membutuhan api untuk memasak dan penerangan pada malam hari. Mereka membuat api dibuat dengan cara menggosokkan dua keping batu yang mengandung unsur besi sehingga menimbulkan percikan api dan membakar lumut atau rumput kering yang telah disiapkan.

Masyarakat Indonesia pada masa Praaksara, tidak pernah menetap di suatu tempat, tetapi selalu berpindah-pindah (nomaden) mencari tempat tinggal yang banyak bahan makanan.Tempat yang mereka pilih di sekitar padang rumput yang sering dilalui binatang buruan, di dekat danau atau sungai, dan di tepi pantai. Dalam kehidupan sosial, masyarakat manusia Praaksara hidup dalam kelompok-kelompok dan membekali dirinya untuk menghadapi lingkungan sekelilingnya.


b. Masa Bercocok Tanam

Saat manusia mulai memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara memanfaatkan hutan belukar untuk dijadikan ladang, sat itulah manusia mulai memasuki masa bercocok tanam. Masa bercocok tanam terjadi saat cara hidup berburu dan mengumpulkan bahan makanan telah ditinggalkan. Pada masa bercocok tanam, mereka mulai hidup menetap di suatu tempat. Manusia Praaksara yang hidup pada masa bercocok tanam adalah Homo sapiens, baik itu ras Mongoloid ataupun ras Austromelanesoid.


Masa bercocok tanam sangat penting dalam sejarah perkembangan masyarakat karena pada masa itu terdapat penemuan-penemuan baru seperti penguasaan sumber-sumber alam. Berbagai macam hewan dan tumbuhan mulai mereka pelihara. Mereka bercocok tanam dengan berladang. Mereka membuka lahan dengan cara menebang dan membakar hutan. Jenis tanaman yang ditanam diantaranya adalah ubi, pisang, dan sukun. Selain berladang, kegiatan berburu dan menangkap ikan juga terus dilakukan untuk mencukupi kebutuhan protein hewani. Kemudian, secara perlahan mereka mulai meninggalkan cara berladang untuk digantikan dengan cara bersawah. Jenis tanaman di sawah adalah padi dan umbi-umbian.


Dalam perkembangannya, masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara masa ini sudah mampu membuat alat-alat dari batu yang sudah diasah secara lebih halus serta mulai dikenalnya pembuatan gerabah. Alat-alatnya berupa beliung persegi dan kapak lonjong, alat-alat pemukul dari kayu, dan mata panah. Pada masa ini, manusia mulai hidup menetap di suatu perkampungan yang terdiri atas tempat-tempat tinggal yang sederhana dan didiami secara berkelompok oleh beberapa keluarga. Mereka mendirikan rumah yang tinggi atau dikenal dengan rumah panggung untuk menghindari binatang buas. Mereka juga menjunjung tinggi rasa kebersamaan dan gotong royong. Semua aktivitas kehidupan, mereka kerjakan secara gotong royong.


Setelah tinggal hidup menetap, timbul masalah dalam kehidupan sosial mereka berupa penimbunan sampah dan kotoran sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan dan wabah penyakit. Pengobatan saat itu dilakukan oleh para dukun. Pada masa bercocok tanam, bentuk perdagangan bersifat tukar menukar barang (barter). Barang-barang yang dipertukarkan waktu itu ialah hasil-hasil bercocok tanam, hasil kerajinan tangan (gerabah, beliung), garam, dan ikan yang dihasilkan oleh penduduk pantai.
c. Masa Perundagian


Masa Prasejarah di Indonesia diakhiri dengan Masa perundagian, kata perundagian berasal dari bahasa Bali: undagi, yang artinya adalah seseorang atau sekelompok orang atau segolongan orang yang mempunyai kepandaian atau keterampilan jenis usaha tertentu,
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara


Masyarakat Indonesia pada Masa Praaksara yang hidup pada masa perundagian adalah ras Australomelanesoid dan Mongoloid. Pada masa perundagian, manusia hidup di desa-desa, di daerah pegunungan, dataran rendah, dan di tepi pantai dalam tata kehidupan yang semakin teratur dan terpimpin.


Kehidupan masyarakat pada masa perundagian ditandai dengan dikenalnya pengolahan logam. Alat-alat yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari banyak yang terbuat dari logam. Adanya alat-alat dari logam tidak serta merta menghilangkan penggunaan alat-alat dari batu. Masyarakat masa perundagian juga masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari batu. Penggunaan bahan logam tidak tersebar luas sebagaimana halnya penggunaan bahan batu. Kondisi ini disebabkan persediaan logam masih sangat terbatas.


Dengan keterbatasan ini, hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki keahlian dan kepandaian untuk mengolah logam. Pada masa perundagian, perkampungan sudah lebih besar karena adanya hamparan lahan pertanian. Perkampungan yang terbentuk lebih teratur dari sebelumnya. Setiap kampung selalu memiliki pemimpin yang dipilih oleh masyarakat.


Pada masa perundagian, sudah ada pembagian kerja yang jelas disesuaikan dengan keahlian masing-masing. Masyarakat tersusun menjadi kelompok majemuk, seperti kelompok petani, pedagang, perajin, dan lain-lain. Masyarakat juga telah membentuk aturan adat istiadat yang dilakukan secara turun-temurun. Hubungan dengan daerah-daerah di sekitar Kepulauan Nusantara mulai terjalin. Peninggalan masa perundagian menunjukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya. Berbagai bentuk benda seni, peralatan hidup, dan upacara menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan masyarakat masa itu sudah memiliki kebudayaan yang tinggi.

2. Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu dan Buddha
Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat telah memiliki kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan asli tidak dengan begitu saja menerima budaya-budaya baru tersebut. Proses masuknya pengaruh budaya Indonesia terjadi karena adanya hubungan dagang antara Indonesia dan India. Kebudayaan yang datang dari India kemudian mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia. Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia ini dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain seperti berikut.

a. Bidang Keagamaan
Sebelum budaya Hindu-Buddha datang, telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang di Indonesia. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan masuknya kebudayaan Hindu-Buddha, masyarakat Indonesia secara perlahan memeluk agama Hindu dan Buddha, diawali oleh golongan elit di sekitar istana.

b. Bidang Politik
Masyarakat Indonesia dikenalkan oleh orang-orang India tentang sistem pemerintahan kerajaan. Dalam sistem ini, kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan peraturan hukum kasta.Karena itu, lahirlah kerajaan-kerajaan di Indonesia, seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Hindu-Buddha
Masa Hindu dan Buddha

c. Bidang Sosial
Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta, yaitu: (1) Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), (2) Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan), (3) Kasta Waisya (pedagang petani, pemilik tanah dan prajurit). (4) Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, unsur budaya Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua lapisan masyarakat. Sistem kasta yang berlaku di Indonesia berbeda dengan kasta yang ada di India, baik ciri-ciri maupun wujudnya. Hal ini tampak pada kehidupan masyarakat dan agama di Kerajaan Kutai. Berdasarkan silsilahnya, Raja Kundungga adalah orang Indonesia yang pertama tersentuh oleh pengaruh budaya India. Pada masa pemerintahannya, Kundungga masih mempertahankan budaya Indonesia karena pengaruh budaya India belum terlalu merasuk ke kerajaan. Penyerapan budaya baru mulai tampak pada saat Aswawarman, anak Kundungga, diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya. Adanya pengaruh Hindia mengakibatkan Kundungga tidak dianggap sebagai pendiri Kerajaan Kutai.

d. Bidang Pendidikan 
Lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu bukti pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan.

e. Bidang Sastra dan Bahasa
Pengaruh Hindu-Buddha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Pada masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada zaman kejayaan Kerajaan Kediri.

f. Bidang Arsitektur
Salah satu arsitektur Zaman Megalitikum adalah Punden berundak. Arsitektur tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan, Candi Borobudur sebenarnya mengambil bentuk bangunan punden berundak agama Buddha Mahayana. Pada Candi Sukuh dan candi-candi di lereng Pegunungan Penanggungan, pengaruh unsur budaya India sudah tidak begitu kuat. Candi-candi tersebut hanyalah punden berundak. Begitu pula fungsi candi di Indonesia, candi bukan sekadar tempat untuk memuja dewa-dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai tempat pertemuan rakyat dengan nenek moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa arca merupakan perwujudan raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan kita pada bangunan punden berundak dengan menhirnya.
Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa  Islam
Masa Islam di Indonesia
3. Kehidupan Sosial Masyarakat Indonesia pada Masa Islam
Masuknya Agama Islam sangat berpengaruh pada masyarakat Indonesia. Kebudayaan Islam terus berkembang di Indonesia sampai sekarang. Pengaruh kebudayaan Islam dalam kehidupan masyarakat Indonesia antara lain pada bidang-bidang berikut.

a. Bidang Politik
Sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang pemerintahan yang memiliki corak Hindu-Buddha. Akan tetapi, setelah masuknya Islam, kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha pelan-pelan mengalami keruntuhan dan digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam, seperti Samudra Pasai, Demak, Malaka, dan lain-lain. Pada sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar sultan atau sunan seperti halnya para wali. Jika raja pada suatu kerajaan meninggal dunia, tidak dimakamkan di candi tetapi dimakamkan secara Islam.

b. Bidang Sosial
Aturan kasta tidak diterapkan pada Kebudayaan Islam seperti kebudayaan Hindu. Pengaruh Islam yang berkembang sangat pesat membuat mayoritas masyarakat Indonesia memeluk agama Islam. Hal ini menyebabkan aturan kasta mulai pudar di masyarakat Indonesia. Nama-nama Arab seperti Muhammad, Abdullah, Umar, Ali, Ibrahim, Hasan, Hamzah, Musa, dan lainnya mulai digunakan. Kosakata bahasa Arab juga banyak diserap ke bahasa Indonesia, contohnya rahmat, berkah (barokah), rezeki (rizki), kitab, ibadah, sejarah (syajaratun), majelis (majlis), hikayat, mukadimah, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Begitu pula dengan sistem penanggalan. Sebelum Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai pada tahun 78 M. Dalam kalender Saka ini, ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon. Setelah berkembangnya Islam, Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam).

c. Bidang Pendidikan
Pendidikan Islam berkembang di pesantren-pesanten Islam. Sebenarnya, pesantren telah berkembang sebelum Islam masuk ke Indonesia. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu. Setelah Islam masuk, mata pelajaran dan proses pendidikan pesantren berubah menjadi pendidikan Islam. Pesantren merupakan sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal menetap bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut kiai. Asrama siswa berada di dalam kompleks pesantren, begitu juga Kiai tinggal di kompleks pesantren.

d. Bidang Sastra dan Bahasa
Persebaran bahasa Arab lebih cepat daripada persebaran bahasa Sanskerta karena dalam Islam tak ada pengkastaan. Semua orang dari raja hingga rakyat jelata dapat dengan bebas mempelajari bahasa Arab. Pada mulanya, memang hanya kaum bangsawan yang pandai menulis dan membaca huruf dan bahasa Arab. Namun selanjutnya, rakyat kecil pun mampu membaca dan menulis huruf Arab.

Penggunaan huruf Arab di Indonesia pertama kali terlihat pada batu nisan di daerah Leran Gresik, tempat tersebut diduga makam salah seorang bangsawan Majapahit yang telah masuk Islam. Dalam perkembangannya, pengaruh huruf dan bahasa Arab terlihat pada karya-karya sastra Islam.

Islam telah memperkenalkan tradisi baru dalam teknologi arsitektur seperti masjid dan istana. Ada perbedaan antara masjid-masjid yang dibangun pada awal masuknya Islam ke Indonesia dengan masjid yang ada di Timur Tengah. Masjid di Indonesia tidak mempunyai kubah di puncak bangunannya. Kubah digantikan dengan atap tumpang atau atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu selalu ganjil, tiga tingkat atau lima tingkat serupa dengan arsitektur Hindu. Contohnya, Masjid Demak dan Masjid Banten Islam juga memperkenalkan seni kaligrafi. Kaligrafi adalah seni menulis aksara indah yang merupakan kata atau kalimat. Kaligrafi ada yang berwujud gambar binatang atau manusia (hanya bentuk siluetnya). Ada pula yang berbentuk aksara arab yang diperindah.

Teks-teks dari Al-Quran merupakan tema yang paling sering dituangkan dalam seni kaligrafi ini. Media kaligrafi yang sering digunakan adalah nisan makam, dinding masjid, mihrab, kain tenunan, kayu, dan kertas sebagai pajangan.

Konektivitas Antar Ruang dan Waktu
Pengertian Konektivitas Antar Ruang dan Waktu
Sebelum mempelajari maksud dari konektivitas atau hubungan antar ruang dan waktu, ada baiknya teman-teman membaca dulu pengertian aspek ruang dan pengertian aspek waktu.

Sebelum membahasnya lebih lanjut, coba teman-teman perhatikan kalimat-kalimat berikut ini :
  1. Adha lahir di kota Pontianak pada tanggal 22 Juli 2001
  2. Kota Hirosima dan Nagasaki luluh lantak dihantam bom atom Amerika pada tahun 1945
  3. Puing-puing pesawat Adam Air yang mengalami kecelakaan itu akhirnya ditemukan pada awal bulan Juli lalu.
  4. Saya akan pergi berlibur ke Bali saat liburan nanti.

Dari keempat kalimat diatas, dapat kita lihat bahwa suatu kejadian selalu terkoneksi dengan ruang dan waktu. Pada kalimat pertama, kota Pontianak menunjukkan aspek ruang, sedangkan aspek waktunya adalah tanggal 22 Juli 2001. Pada kalimat kedua, kota Hirosima dan Nagasai menjadi aspek ruang, sedangkan aspek waktunya adalah tahun 1945. Aspek waktu tidak selalu ditunjukkan dengan tanggal, bulan atau waktu, bisa juga dengan kalimat lain seperti ditunjukkan pada kalimat nomor empat, aspek waktunya adalah saat liburan nanti.

Dalam suatu kejadian, kita bisa membahas beberapa aspek yaitu : aspek ruang, aspek waktu, aspek kemasyarakatan dan aspek budaya. Agar kita mengerti tentang alam sekitar dan prilaku masyarakat maka harus kita awali dengan kamampuan untuk memahami hubungan timbal balik antara : ruang dan waktu.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPWBJVoH7ayfFO6fdnjHPAseNU_-mqkGlbM6oQ-F7l6tPx476MPgSOGYfzxW9G8W9qIEmGnLsGO14C6mZMHXVTMuM7hAhPZKSqD8DUDgabjrETwAJbeyDitnxgPwxoxG-DwmbyM4l8aL0/s1600/images.jpeg
Konektivitas Antar Ruang dan Waktu
Untuk memahami suatu peristiwa, kita dapat melihatnya dari berbagai aspek ruang, waktu, kebutuhan dan kemasyarakatan. Dalam hubungannya dengan keadaan alam dak aktivitas penduduk secara sederhana, kita dapat melihat dari konsep konektivitas antar ruang dan waktu. Ruang adalah seluruh permukaan bumi yang merupakan tempat hidup manusia, tumbuhan, dan hewan. Ruang juga bisa mengandung arti sebagai tempat terjadinya berbagai peristiwa baik alam maupun sosial. Dalam setiap peristiwa memiliki konektivitas antar ruang dan waktu.


Apakah ada keterikatan atau konektivitas antara ruang dengan waktu ? Jawabannya bisa kita lihat dari contoh berikut:

1. Perang terjadi di negara Irak sehingga menyebabkan ketidaknyamanan penduduk untuk tetap bertahan hidup di negara tersebut. Akibatnya para penduduk Irak berbondong-bondong mengungsi ke negara tetangganya Iran.

2. Ada perbedaan antara pasar tradisional dan pasar modern, misanya mall atau swalayan. Di pasar modern, fasilitas dilengkapi sehingga pembeli merasa lebih nyaman walaupun yang dijual sama saja dengan barang yang dijual di pasar tradisional, sehingga pembeli lebih senang berbelanja ke pasar modern daripada pasar tradisional.

Dari dua contoh di atas dapat dapat disimpulkan :
  1. Aspek ruang antara Irak dan Iran dan aspek waktu ketika perang berkecamuk di negara tersebut.
  2. Adanya perbedaan ruang yang lebih mengutungkan di pasar modern, Sehingga pembeli lebih senang berbelanja di sana dari pada di pasar modern.

Selain terikat oleh ruang, suatu peristiwa/gejala terikat juga oleh waktu. Sebagai contoh "terjadi peristiwa bencana tsunami di Aceh pada tahun 2004". Peristiwa tsunami tersebut terikat oleh ruang, yaitu Aceh dan terikat oleh waktu, yaitu tahun 2004. Suatu peristiwa juga seringkali tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan rangkaian dari peristiwa-peristiwa sebelumnya. Sebagai contoh, kemerdekaan yang kita nikmati sekarang ini adalah  hasil perjuangan dari para pahlawan kita dulu saat era perjuangan. Kita harus berterimakasih dan menghargai jasa para pahlawan yang telah mendahului kita dan telah mengorbankan jiwa raganya untuk merebut kemerdekaan yang kita nikmati sekarang.

Dalam sejarah, konsep waktu amat penting untuk mengetahui peristiwa masa lalu dan perkembangannya sampai saat ini. Konsep waktu dalam sejarah memiliki arti masa/periode berlangsungnya perjalanan tentang kisah kehidupan manusia. Waktu dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu waktu lampau, sekarang, dan yang akan datang. Kisah masa lampau suatu masyarakat tentu saja terjadi di satu ruang. Ruang yang dimaksud bisa merupakan daerah dalam ruang lingkup kecil seperti desa atau dusun, bisa juga mencakup wilayah yang ruang lingkupnya lebih luas seperti sebuah negara.
Ruang dan Waktu
Manusia menggunakan ruang atau tempat sebagai tempat tinggal dan melakukan interaksi antara satu dan yang lainnya. Manusia saling menyapa, berkenalan, menegur, dan saling berinteraksi. Manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan tersebut tercermin dalam hubungan interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dalam sendi-sendi kehidupan sosial karena tanpa interaksi, tidak mungkin terjadi aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, baik yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu lainnya, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan kelompok lain.


Bumi dan seluruh isinya merupakan bukti kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Bentuk rasa syukur dapat kamu wujudkan dalam berbagai tindakan, seperti mengelola kekayaan alam secara bijaksana, menjalin kerja sama dengan sesama, dan menjaga kelestarian lingkungan.

Indonesia merupakan  negara yang memiliki kekayaan alam dan keragaman budaya. Keragaman budaya Indonesia terlihat dari beragamnya adat istiadat pada tiap-tiap suku bangsa. Setiap aktivitas penduduk tidak lepas dari konteks ruang dan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar